Thursday, 25 Apr 2024, 21.17.05

ROMANSA

Main | Blog | Registration | Login
Site menu
Section categories
Broken Heart Survival Guide [170]
ANDA SAMPAI DI HALAMAN INI, KARENA ANDA SEDANG MERASAKAN KEBINGUNGAN AKIBAT PATAH HATI DAN PUTUS CINTA KARENA BERPISAH DENGAN KEKASIH ANDA.
Share
Love Calculator
Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0
Login form
Real Music

MusicPlaylist
Main » 2010 » June » 26 » Broken heart = STRES ?
11.17.21
Broken heart = STRES ?

Vira (nama samaran), seorang siswi SMU terkemuka di kota Jakarta, sudah seminggu ini mengalami perubahan sikap pada kesehariannya. Gadis periang ini berubah menjadi seorang gadis pendiam. Perubahan yang dialami Vira sangat dirasakan oleh teman-teman mainnya di sekolah. Ia yang selama ini dijuluki sebagai TOA (alat pengeras suara), sudah sepekan ini berubah layaknya putri yang sedang dipingit. Setiap kali ada teman yang mengajaknya bermain atau hanya sekedar bergurau, pasti ditanggapinya dengan dingin. Selalu saja ada alasan dari mulutnya untuk menghindar, dengan beralasan mau menyelesaikan PR-lah, hendak belajar untuk ulangan-lah atau selalu saja ada ide kreatif keluar dari Vira hanya untuk menghindar dari teman-temannya. Hingga akhirnya, seorang guru bimbingan konseling sekolah memanggil Vira akibat perilaku yang ia lakukan mulai berpengaruh pada perolehan nilainya. Dari konseling yang dilakukan, terungkaplah akar penyebab perubahan perilaku Vira. Dengan terisak-isak ia mulai mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya beberapa hari belakangan. Veri (nama samaran), sang arjuna yang selama ini banyak mewarnai hari-harinya ternyata kepergok memiliki pujaan hati yang lain. Akibatnya, hubungan indah yang selama ini mereka jalani harus berakhir setelah Vira memutuskan untuk menyudahinya. Setelah kejadian itu, Vira merasa seperti kehilangan semangat hidupnya. Veri yang selama ini menjadi penyemangat hidupnya, ternyata sudah mengecewakannya. Guru bimbingan konseling Vira, akhirnya menyimpulkan bahwa Vira mengalami stres akibat patah hati. Peristiwa patah hati yang dialaminya itu sangat mengganggu kegiatannya sehari-hari, bahkan membuat prestasinya menjadi turun. Hal tersebut mungkin dikarenakan coping atau cara Vira dalam menghadapi masalahnya tersebut cenderung negatif (incompetent coping), sehingga dampaknya pun menjadi negatif. Apa itu STRES ? Stres adalah segala perasaan yang tidak menyenangkan (unpleasure feelings ). Stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena adanya tekanan. Stres biasanya dikenal dengan istilah tekanan, pleasure, demand. Tekanan yang dirasakan oleh tiap individu tersebut berbeda-beda. Stres dibagi menjadi dua macam, yaitu : stres yang bersifat negatif yang dapat menganggu fungsi seseorang (distress), dan stres yang dapat berdampak positif untuk orang tersebut (eustress). Stres akan mencapai nilai optimum apabila antara tekanan atau pleasure dan coping atau cara untuk menghadapi tekanan tersebut seimbang. Competent Coping = Relief Broken Heart ? Stress Noncompetent Coping = Dysfunction Semua manusia pasti mengalami berbagai macam life events atau kejadian hidup. Life events itu sendiri sebenarnya bersifat netral. Tergantung dari bagaimana cara individu menginterpretasikan kejadian tersebut dan juga tergantung dari informasi-informasi apa saja yang individu miliki dari kejadian tersebut. Informasi-informasi tersebut nantinya akan mempengaruhi stresor jenis apa yang akan dirasakan oleh individu. Stresor tersebut dapat menjadi positif atau menjadi negatif. Apabila stresor tersebut cenderung positif, maka stres yang dialami individu tersebut dinamakan eustress. Hal tersebut dikarenakan stresor tersebut dapat berdampak positif bagi individu. Sedangkan apabila stresor tersebut cenderung negatif, maka stres yang dialami oleh individu tersebut yang dinamakan distress. Hal tersebut dikarenakan stressor tersebut dapat berdampak negatif bagi individu. Life events dapat disebabkan oleh faktor individu atau interaksi dalam lingkungan. Kasus Vira tersebut menunjukkan bahwa kejadian yang sedang dihadapi dalam hidupnya (life event), disebabkan oleh faktor interaksi dalam lingkungan. Dalam hal ini Vira mengalami patah hati dengan pacarnya. Stres yang dialami Vira tergolong dalam distress. Hal tersebut dikarenakan, sejak Vira mengalami stres karena patah hati, semua yang dilakukannya maupun yang dihasilkannya negatif. Kejadian atau life events yang dialaminya tersebut kemudian diproses secara emosional oleh individu dan juga diinterpretasikan secara sadar. Interpretasi secara sadar tersebut dapat secara kognitif atau emosi. Tahap selanjutnya, kejadian tersebut diinterpretasikan secara tidak sadar, biasa disebut dengan istilah subconcious appraisal. Hal tersebut terbentuk dalam diri kita secara tidak sadar. Beberapa faktor yang mempengaruhi subconcious appraisal, antara lain : Hypothalamic atau Limbic Stimulation Berfungsi untuk mengatur reaksi emosi. Rangsangan dan sensitifikasi dari limbic system telah diimplikasikan pada berbagai macam gangguan. Seperti gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, reaksi posttraumatic, gangguan ketergantungan, dan withdrawal syndrome. Feeling Bagaimana individu menginterpretasikan kejadian yang sedang menimpa dirinya secara emosional. Memory Bagaimana individu menginterpretasikan kejadian yang dirasakannya. Biasanya dipengaruhi dari pengalaman yang pernah dirasakan oleh individu atau melihat pengalaman orang lain yang mengalami kejadian yang serupa. Reactive Predisposition Apabila dalam tahap ini informasi-informasi yang dimiliki terstimulasi, maka coping action mungkin dibutuhkan dalam tahap ini. Hasil dari tahapan ini adalah gerakan fisik dan emosional mempersiapkan tubuh untuk bereaksi. Sistem ini hanya untuk mempersiapkan badan dalam bereaksi dan reaksi mana yang akan digunakan nantinya, itu tergantung dari individu. Tahap selanjutnya adalah voluntary pathway, dimana pada tahap ini adalah untuk mengkontrol persepsi, evaluasi dan pengambilan keputusan, merupakan tugas untuk voluntary action. Bagaimana individu menerima sebagian besar kejadian yang dimilikinya, tergantung dari konsep diri yang dimiliki individu, kekuatan ego yang dimilikinya, mood, temperament, bahkan faktor keturunan. Rangsangan emosi tersebut didasari oleh bagaimana pertahanan secara psikologis yang dialami dari pengalaman individu, khususnya pengalaman masa kecilnya. Hal tersebut membimbing rangasangan fisik, kemudian individu merasakan perlunya ada reaksi dari kejadian yang dialaminya. Respon individu terhadap stimulus terdiri dari gabungan interpretasi secara sadar dan tidak sadar. Baik itu stimulus secara fisik, emosi, dan juga kognitif. Terdapat beberapa macam respon, antara lain : Immediate response Immediate response dapat menghasilkan neutral excitability, tekanan darah tinggi, bertambah tingginya kemungkinan sakit stroke, detak jantung semakin cepat, dll. Delayed response Ingatan, pembelajaran dan kreativitas merespon untuk menghadapi stres . Selain itu meningkatkan aktivitas metabolisme tubuh, meningkatkan kadar protein, lemak dan gula darah. Chronic response Merusak kemampuan kognitif (cara berfikir), adanya kelelahan, depresi, penyakit tekanan darah tinggi dan jantung, serta menurunkan pembentukkan antibodi. Adanya ketegangan otot. Cara kerja organ tergantung dari jenis coping yang digunakan oleh individu. Ada dua macam coping dalam menghadapi stres , antara lain : competent coping dan incompetent coping. Hasil dari competent coping dapat berupa masalah tersebut dapat terselesaikan, individu merasa lega atau puas, dan juga adanya diskripansi dengan masalah yang sedang dihadapi oleh individu. Sedangkan hasil dari incompetent coping adalah dysfunction, individu yang tidak dapat menghadapi masalahnya. Terdapat berbagai macam sumber stres . Dalam kasus Vira, sumber stres yang dialami oleh Vira adalah adanya rasa kecewa kepada pacarnya, yang ternyata telah memiliki pujaan hati yang lain. Hal tersebut menjadi stresor bagi masalah yang sedang dihadapi oleh Vira. Stres Psikososial Stres psikososial adalah stres yang disebabkan karena adanya faktor luar, baik itu faktor lingkungan maupun faktor orang lain. Faktor-faktor luar tersebut dapat juga disebut dengan faktor-faktor eksternal. Terdapat lima masalah dalam stres psikososial, yaitu : Change (perubahan) Contoh : pindah rumah, ganti pacar, perubahan dalam teman kelompok. Frustrasi ? overcrowding, diskriminasi, birokrasi, faktor-faktor sosial ekonomi Contoh : antrian bayaran yang panjang (overcrowding), perbedaan perlakuan antar ras (diskriminasi), tidak lulus mata kuliah, batal ujian Overload ? urban, occupational, academic, domestic Contoh : tugas yang menumpuk. Boredom dan Loneliness Contoh : pisah dari keluarga, putus cinta atau patah hati, hidup sendiri di nagara lain. Dinamika hubungan antara ke empat masalah di atas. Coping Strategies Merupakan sebuah cara yang dapat membantu individu dalam mempertahankan cara beradaptasi secara psikososial pada saat menghadapi situasi stres . Hal tersebut menggabungkan usaha secara kognitif dan tingkah laku, untuk menekan atau mengeliminasi kondisi stres dan asosiasi emotional distress (Lazarus&Folkman, 1984; Moss&Schaefer, 1993). Coping strategies dapat juga disebut dengan cara untuk menghadapi masalah, cara untuk mengatasi masalah, cara untuk mengoptimalkan masalah yang sedang dihadapi, dll. Dua macam General Coping Strategies, antara lain : 1. Problem-Focus ? Respon-respon pada saat adanya kejadian secara eksternal. ? Bertujuan untuk menyelesaikan masalah. ? Aktif untuk meringankan keadaan stres . ? Menghadapi masalah yang sedang dialami. 2. Emotion-Focus ? Respon-respon yang ditujukan untuk emosi yang dimiliki individu. ? Usaha-usaha untuk meregulisasi dampak emosional dari situasi stres . ? Cenderung untuk tidak menyelesaikan masalah. Jika kita melihat kasus yang dialami oleh Vira, Vira cenderung menggunakan coping strategies secara emotion-focus. Hal tersebut dapat terlihat dari sikap Vira yang cenderung untuk tidak menyelesaikan masalah. Ia lebih suka untuk menyendiri, menjadi seorang gadis yang pemurung dan pendiam. Selain itu, ada juga coping strategies yang lain, antara lain : 1. Active coping Respon-respon psikologis atau tingkah laku yang bertujuan untuk mengubah sumber stres itu sendiri atau bagaimana memikirkan masalah tersebut. 2. Avoidant coping Mengajak individu untuk beraktivitas (seperti, merokok dan meminum alkohol) atau menyendiri, yang dapat membuat individu menarik diri dari masalah yang sedang dihadapinya. Ada dua macam sumber coping, antara lain : ? Sumber Eksternal ? uang, waktu, dukungan sosial, dan lain-lain. ? Sumber Internal ? energi, kekuatan fisik, karakteristik kepribadian, depresi, kecemasan, optimis, kekuatan ego, keyakinan diri, intelegensi, dan lain-lain. Dapat disimpulkan bahwa life events sebenarnya bersifat netral, tergantung dari bagaimana cara individu menghadapi masalah yang dihadapinya tersebut dan juga informasi-informasi yang dimilikinya. Dalam artikel yang ditulis oleh penulis, life events yang ada atau dibahas adalah patah hati. Patah hati adalah kejadian yang biasa dialami oleh individu yang menjalin hubungan dengan orang lain. Tidak semua kejadian patah hati dapat menyebabkan individu menjadi distres. Stres tersebut dapat berdampak positif dan juga berdampak negatif, tergantung dari bagaimana cara coping strategies yang digunakan oleh individu. Life events sebaiknya digunakan sebagai pengalaman hidup yang akan berguna bagi individu untuk di masa yang akan datang. References : 1. Lazarus, R.S.,&Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer. 2. Girdano, D.A., Dusek D.E.,&Everly, G.S. (2005). Controlling stress and tension. San Fransisco : Pearson Education. 3. Rice, P.L. (1992). Stress and health. California : Wadsworth.

 ·  · Share 
Category: Broken Heart Survival Guide | Views: 508 | Added by: avacschat | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Romansa
Calendar
«  June 2010  »
SuMoTuWeThFrSa
  12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
27282930
Translate
Search
Entries archive
Site friends
  • Romansa





  • Romansa
    Currency
    Copyright Romansa©2009Eex Ferrilianto